Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) SMK Kota Bekasi menyelenggarakan kegiatan silaturahmi sekaligus meningkatkan kompetensi para Guru Bimbingan Konseling (GBK) di Kota Bekasi. Kegiatan yang bertajuk “Studi Serapan dan Silaturahmi MGBK SMK Kota Bekasi” ini dilaksanakan di Ruang Seminar Lantai 6 Universitas Widyatama. Acara tersebut berlangsung pada 24 Desember 2024.

Ketua MGBK SMK Kota Bekasi, Heri Purnomo, menjelaskan bahwa acara ini dirancang untuk memperkuat komunikasi dan kekompakan di antara para GBK, mengembangkan pengetahuan dan keterampilan mereka, serta menjalin hubungan dengan berbagai pihak yang dapat mendukung tugas para GBK dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih baik.  

Acara ini diikuti oleh 77 GBK SMK se-Kota Bekasi dan menghadirkan empat pemateri, yaitu dua psikolog, Dosen dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan satu motivator. Para pemateri berbagi pengetahuan dan pengalaman terkait dengan tugas dan tantangan yang dihadapi oleh GBK, serta bagaimana cara terbaik untuk menghadapinya.

Salah satu pemateri yang juga motivator, Pipin Sukandi, menekankan pentingnya kerja tim dalam tugas para GBK, terutama dalam menghadapi karakter Generasi Z yang cenderung adaptif terhadap perubahan lingkungan.

“Kerja tim ini penting agar GBK bisa bersinergi dengan berbagai pihak di sekolah. Manfaatnya, antara lain, mengembangkan potensi siswa dengan berkolaborasi bersama guru dan orangtua,” ujar Pipin. Ia juga menambahkan bahwa melalui kerja tim, GBK dapat memberikan layanan konseling yang efektif bagi siswa yang membutuhkan bantuan.

Selain Pipin, dosen UPI sekaligus pemateri, Uman Suherman, menegaskan tiga prinsip utama yang harus dimiliki oleh setiap GBK dalam menjalankan tugasnya, yaitu Mindful, Meaningful, dan Joyful.

“GBK harus memberikan layanan yang memperhatikan perbedaan karakter siswa, menciptakan hubungan bermakna, dan memberikan kenyamanan dalam proses konseling,” ungkap Uman.

Psikolog Winna Andini Handayani, yang juga menjadi salah satu pemateri, membahas pengelolaan stres pada siswa. Ia menjelaskan beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk membantu siswa mengatasi stres, seperti relaksasi pernapasan dalam, manajemen waktu, dukungan sosial, serta aktivitas fisik.

“GBK dapat mengenali tingkat stres siswa melalui observasi perilaku, wawancara, atau konsultasi dengan guru lain,” jelas Winna.

Selain itu, Winna merekomendasikan penggunaan alat ukur psikologis, seperti Self-Reporting Questionnaire (SRQ-20) yang direkomendasikan oleh WHO atau Student Stress Scale (SSS), untuk mengidentifikasi stres siswa secara lebih akurat. Melalui pendekatan yang tepat, GBK diharapkan dapat membantu siswa mengatasi permasalahan mereka secara lebih efektif.

Acara ini menjadi momentum penting bagi para GBK untuk tidak hanya meningkatkan kompetensi mereka tetapi juga mempererat kerja sama di antara mereka, demi menciptakan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan siswa secara holistik.