University of Warwick bagikan tips berkarir di perusahaan teknologi
Bandung (ANTARA) – University of Warwick bekerja sama dengan IBEC (Indonesia-Britain Education Centre) memberikan sejumlah tips bagi anak muda di Indonesia agar bisa berkarir di perusahaan teknologi besar seperti Facebook, Google, Microsoft, Paypal, Alibaba, ByteDance, sampai Ant Financial.
Tips tersebut diberikan oleh profesional di bidangnya dan lulusan University of Warwick yaitu Johan Antlov (Chief Growth Officer Happy Fresh), Ricci Wijaya (HR Business Partner ByteDance), dan Tiffany Irianto (Product Marketing Manager Gojek) dalam sebuah webinar bertema Big Tech Career, Selasa.
Chief Growth Officer Happy Fresh, Johan Antlov mengatakan siapapun yang ingin berkarier di big tech company harus mempersiapkan berbagai hal salah satu yang harus diperhatikan adalah kualifikasi pendidikan.
“Kualifikasi pendidikan akan membantu kita untuk mengasah bagaimana berpikir kritis. Jadi, pengalaman yang penting yang saya dapat dari pendidikan di universitas adalah bisa belajar tentang hal itu,” ujarnya.
Sedangkan Tiffany Irianto yang saat ini bekerja sebagai Product Marketing Manager Gojek menjelaskan kalau hal yang harus dimiliki oleh para anak muda adalah harus memiliki skill dan hard skill atau kemampuan tambahan yang dapat menjadi nilai tambah.
“Dalam hal ini, biasanya untuk skill saya akan melihatnya lebih dari sekedar kualifikasi. Kualifikasi memang penting, tapi kita juga akan melihat bagaimana cara mereka berpikir, hingga bagaimana cara logika mereka bekerja,” katanya.
Dia acap memberi studi kasus atau terkadang pop kuis secara asal ketika melakukan wawancara. Keahlian tambahan ini memang bukan hal yang wajib, tapi sangat penting. Karena akan ada banyak kejadian dimana mereka diharuskan untuk mempunyai kemampuan tambahan.
Senada dengan apa yang Tiffany sampaikan, Ricci menambahkan kalau pada dasarnya perusahaan juga membutuhkan pribadi yang sesuai dengan nilai yang dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.
“Satu dari empat interview itu mungkin bagian HR dan kita akan melihat lifestyle dan bagaimana mereka berperan dengan baik pada role yang dilamar,” kata dia.
“Beberapa role itu kamu harus mempunyai latar teknik, contohnya kemampuan menganalisis data. Tapi, ada beberapa juga yang sangat umum. Makanya kita punya empat kali wawancara, agar kita bisa ngobrol dan memutuskan siapa kandidat terbaik,” kata Ricci.
Saat ini bisa dibilang banyak anak muda yang ingin bekerja di perusahaan teknologi besar. Tiffany memberikan tips dan saran agar para pelamar bisa lebih dulu bertanya pada diri sendiri tentang apa yang sebenarnya mereka mau.
“Cari tahu dulu nantinya kita mau bekerja di bidang apa dan pekerjaannya mau seperti apa. Cobalah untuk mengerti di bidang tersebut dan diri kalian sendiri. Ada baiknya untuk ngobrol dengan teman-teman agar bisa mendapatkan banyak sumber dan inspirasi. Ini sangat penting, karena takutnya nanti kamu melakukan hal yang bahkan tidak ingin kamu lakukan,” ujarnya.
Namun, Johan memiliki saran lain. Dia justru memacu semangat para calon pekerja agar nantinya bisa berbisnis sendiri.
“Nantinya dari pengalaman ini kamu bisa memulai bisnis sendiri. Jika kamu ingin memulai bisnis kamu sendiri tanpa mengeluarkan banyak uang, saya rasa kamu juga harus terjun ke industrinya. Indonesia merupakan negara yang mempunyai banyak orang yang tertarik menjadi entrepreneur, jadi kamu harus mengambil kesempatan itu,” kata Johan menyarankan.
Sektor big tech akan meningkat tajam dan jadi industri yang sangat penting, terutama untuk generasi muda. Pada 2020, di Indonesia sendiri, ekonomi digital bernilai 44 miliar Dolar Amerika dan akan meningkat menjadi 124 miliar Dolar Amerika pada tahun 2025.
IBEC merupakan perwakilan resmi dari
perwakilan resmi dari University of Warwick. (*)
ANTARA 2021